Selasa, 27 Januari 2015

Karinding

Karinding

Karinding merupakan salah satu alat musik tiup tradisional Sunda. Ada beberapa tempat yang biasa membuat karinding, seperti di lingkung Citamiang, Pasirmukti, (Tasikmalaya), Lewo Malangbong, (Garut), dan Cikalongkulon (Cianjur) yang dibuat dari pelepah kawung (enau). Di Limbangan dan Cililin karinding dibujat dari bambu, dan yang menggunakannya adalah para perempuan, dilihat dari bentuknya saperti tusuk biar mudah ditusukan di sanggul rambut. Dann bahan enau kebanyakan dipakai oleh lelaki, bentuknya lebih pendek biar bisa diselipkan dalam wadah rokok. Bentuk karinding ada tiga ruas.

Cara Memainkan

Karinding disimpan di bibir, terus tepuk bagian pemukulnya biar tercipta resonansi suara. Karindng biasanya dimainkan secara solo atau grup (2 sampai 5 orang). Seroang diantaranya disebut pengatur nada atau pengatur ritem. Di daerahCiawi, dulunya karinding dimainkan bersamaan takokak (alat musik bentuknya mirip daun).
Secara konvensional menurut penuturan Abah Olot nada atau pirigan dalam memainkan karinding ada 4 jenis, yaitu: tonggeret, gogondangan, rereogan, dan iring-iringan.

Fungsinya

Karinding yaitu alat buat mengusir hama di sawah. Suara yang dihasilkan dari getaran jarum karinding biasanya bersuara rendah low decible. Suaranya dihasilkan dari gesekan pegangan karinding dan ujung jari yang ditepuk-tepakkan. Suara yang keluar biasanya terdengar seperti suara werengbelalangjangkrikburung, dan lain-lain. Yang zaman sekarang dikenal dengan istilah ultrasonik. Biar betah di sawah, cara membunyikannya menggunakan mulut sehingga resonansina menjadi musik. Sekarang karinding biasa digabungkan dengan alat musik lainnya.
Bedanya membunyikan karinding dengan alat musik jenis mouth harp lainnya yaitu pada tepukan. Kalau yang lain itu disentil. Kalau cara ditepuk dapat mengandung nada yang berbeda-beda. Ketukan dari alat musik karinding disebutnyaRahel, yaitu untuk membedakan siapa yang lebih dulu menepuk dan selanjutnya. Yang pertama menggunakan rahèl kesatu, yang kedua menggunakan rahel kedua, dan seterusnya. Biasanya suara yang dihasilkan oleh karinding menghasilkan berbagai macam suara, diantaranya suara kendanggoongsaron bonang atau bassrhytmmelodi dan lain-lain. Bahkan karinding bisa membuat lagu sendiri, sebab cara menepuknya beda dengan suara pada mulut yang bisa divariasikan bisa memudahkan kita dalam menghasilkan suara yang warna-warni. Kata orang tua dahulu, dulu menyanyikan lagu bisa pakai karinding, Kalau kita sudah mahir mainkan suara karinding, pasti akan menemukan atau menghasilkan suara buat berbicara, tetapi suara yang keluar seperti suara robotik.

Sumber: (http://id.wikipedia.org)

Sekar gending

Sekar Gending Pengertian Dan Bentuk


Sekar Gending atau ada pula yang menyebut karawitan campuran adalah sekaran yang diiringi dengan gendingan. Beberapa bentuk sekar gending dalam pagelaran karawitan dibagi dalam beberapa bagian menurut jalannya sekar dang ending. RMA Kusumadinata yang lebih banyak berorientasi pada gamelan pelog/salendro dalam mengungkapkan sekar gending menyebutkan ada lima bentuk sekar gending, yaitu:
Sindenan Lampah Lagon
Sekar irama merdika yang diiringi oleh waditra-waditra yang mempunyai sifat-sifat individu, seperti rebab, gambang, gender, suling dan lain sebagainya. Dalam bagian akhir (madakeun), diiringi gending tandak dengan waditra-waditra yang lain (disarayudakeun)
Sindenan Lampah Sekar Gending
Gending dan Sekar berjalan dalam satu paduan, di mana panjang pendeknya bila diukur dengan wiletan akan sama panjangnya.
Sindenan Lampah Sekar
Sekar tandak yang diiringi waditra-waditra seperti gambang, gender, gong, kendang dan sebagainya
Sindenan Lampah Gending
Iringan gending gamelan hanya diisi oleh sekar pada bagian-bagian tertentu saja.
Sindenan Lampah Jineman
Pada prinsipnya sama saja dengan sindenan lampah sekar, perbedaan yang terutama hanya pada alat rebab saja, di mana alat ini tidak dipergunakan.
Paduan antara sekar dang gending dapat ditarik kesimpulan:
(a.) Paduan sekar gending dalam irama merdeka secara penuh, seperti halnya pada tembang dan kakawen. Pungkasan pada irama tandak bila hal itu telah mencapai gong (itu pun kalau diperlukan. Bentuk pungkasan pada iringan tabuh madakeun di bagian akhir goongan dari irama merdika ke tandak disebut “Sarayuda”
(b.) Paduan sekar dang ending pada irama tandak, akan terjadi beberapa macam, yaitu:
Padu Sari
Sekar dang ending dalam kurun wiletan akan sama panjang dan pendeknya. Begitupun lagunya, lagu sekar dang gending sama.
Pirig Sari
Sekar berjalan dengan bebasnya, biasanya dalam bentuk sinden penuh dengan improvisasi-improvisasi, sedangkan gending mengiringi dengan cara-cara tabuh tradisional, seperti dikemprang, dicaruk dan sebagainya.
Nada yang sama hanya bertemu pada bagian kenongan dan goongan. Untuk mengisi waktu pada waktu sekar beristirahat, gending bisa main dengan cara memberikan gelenyu. Gelenyu adalah gending “panyelang” di antara sekar dang ending pada waktu juru sekar beristirahat menyanyi lagu antar perulangan pada posisi yang sama..
Olah Sari
Nama ini penyusun maksudkan untuk sekar gending yang berpangkal pada lagu gending dan sekar yang sama. Hanya di dalam mengiringinya, gending mengolah bentuk tersendiri sehingga kadang-kadang tidak bersamaan dengan sekar, tetapi tetap merupakan paduan yang sinambung. Contoh pada lagu-lagu Degung olahan Encar Carmedi.
Tenggang Sari
Sekar hanya mengisi iringan gending pada bagian tertentu saja. Di dalam sindenan biasanya terdapat pula lagu-lagu yang mempunyai tugas rangkap antar kenongan dan goongan, seperti lagu Bendrong, Waled, Angle.
Cipta Sari
Sekar dan gending disanggi (dikomposisikan) sedemikian rupa oleh komposisinya sehingga merupakan paduan yang mutlak, di mana apabila dihilangkan bisa mengubah bentuk dan jiwanya. Bentuk seperti ini terdapat dalam ciptaan-ciptaan baru, misalnya lagu Reumis Beureum Dina Eurih, Salam Manis.
Demikianlah bentuk-bentuk paduan sekar gending yang dapat diungkapkan berdasarkan praktek sesuai dengan cara yang tradisi dan perkembangan baru
Pada kehidupan karawitan Sunda, bentuk sekar gending itu tidak terbatas pada paduan sekar dan gending pada gamelan pelog-salendro saja, tetapi terdapat pula pada waditra-waditra non gamelan, seperti:
(1) Sekar Gending lagu-lagu degung dengan iringan degung
(2) Sekar Gending Kacapian seperti pada : Pantun, Jenaka Sunda, Tembang Sunda, Celempungan, Kawih
(3) Sekar gending pada Calung
(4) Sekar Gending pada Angklung
(5) Sekar gending pada reog yang hanya diiringi ritmisnya saja oleh dogdog
(6) Sekar Gending Ketuk Tiluan

Sumber: (http://yadimulyadi.com)

Karawitan Sekar

Karawitan Sekar

Karawitan Sekar merupakan salah satu bentuk kesenian yang dalam penyajiannya lebih mengutamakan terhadap unsur vokal atau suara manusia. Karawitan sekar sangat mementingkan unsur vokal.



   Pengertian
Yang dimksud dengan karawitan vokal atau lebih dikenal dalam karawitan Sunda dengan istilah Sekar ialah seni suara yang dalam substansi dasarnya mempergunakan suara manusia. Tentu saja dalam penampilannya akan berbeda dengan bicara biasa yang juga mempergunakan suara manusia. Sekar merupakan pengolahan yang khusus untuk menimbulkan rasa seni yang sangat erat berhubungan langsung dengan indra pendengaran. Dia sangat erat bersentuhan dengan nada, bunyi atau alat-alat pendukung lainnya yang selalu akrab bertdampingan

Pada kehidupan orang Sunda pada masa lalau sejak mereka lahir secara tidak langsung telah didekatkan dengan alunan sekar. Sejak mereka lahir sang ibu menimang, meninabobokan dengan menggunakan sekar. Dalam mengajak bermain, dalam tahap-tahap mulai belajar bicara, belajar berjalan, sekar sangat sering didengarkan oleh orang tua atau pengasuhnya. Itulah sebabnya lagu-lagu dalam meninabobokan atau ngayun ngambing anak selalu populer dari masa ke masa, dalam arti kelestariannya terlihat karena selalu dilakukan dari generasi ke generasi.

Seperti telah diterangkan di atas, sekar mempunyai kedudukan yang tersendiri dalam kehidupan karawitan, walaupun pada dasarnya sekar berbeda dengan bicara biasa, sekar sangat dekat bahkan terkadang sangat dominant dengan lagam bicara atau dialek. Dialek Cianjur, Garut, Ciamis, Majalengka dalam mengungkapkan percakapan seringkali seolah-olah bermelodi seperti bernyanyi. Oleh karena kesan dialek yang sangat erat itulah kiranya banyak orang luar daerah Sunda yang secara tidak langsung menyebutkan bahwa cara bicara orang Sunda seperti bernyanyi. Memang erat dengan penggunaan kata-kata di dalamnya tetapi kata-kata dalam sekar telah diolah sedemikian rupa sehingga berbentuklah penampilan secara utuh menjadi sebuah komposisi lagu. Dengan demikian, jelaslah bahwa kata dalam kedudukan sekar merupakan salah satu alat pengungkap masalah atau tema yang diketengahkan. Kata yang sama dapat diungkapkan dalam berbagai lagu/melodi, menurut kehendak rasa seni si pencipta itu sendiri. Akan tetapi tanpa disadari bahwa terkadang dalam kehidupan sekar tidak selalu dipergunakan kata secara utuh, sering terdengar suara bunyi dijadikan lagu. Hal ini sering terjadi dalam lagu-lagu tertentu, misalnya hanya mempergunakan bunyi a saja atau nang neng nong atau hm dan lain-lain. Penggunaan kata yang tidak jelas sering didapati apabila bersenandung atau ngahariring/hariring.

Dari kesimpulan itu, dapatlah ditarik beberapa hal yang sangat erat bertalian dengan sekar, yaitu: Lagam bicara dialek adalah khas daerah tertentu dalam berbicara sehari-hari yang dari ungkapannya dapat kita tarik satu garis melodi yang sangat erat bertalian dengan nada. Contoh dapat ditemukan dalam kata Punten, Masya Allah di daerah Cianjur. Khusus untuk lagam bicara ini dalam gending karesmen, sering ditemukan teknik bernyanyi dan lagu yang dipergunakan dalam dialog yang secara utuh mempergunakan lagam bicara. Hanya dalam pengungkapannya dilakukan lagam bicara. Jadi, dia berbicara dalam nada. Sifatnya kebanyakan datar atau melengking tinggi. Lagu yang demikian dikenal dengan sebutan sekar biantara (nyanyian bicara). Dalam pergelaran wayang golek sangat terasa sekali dalam memerankan/antawacana tokoh-tokoh tertentu yang selalu mempergunakan lagu bicara, sangat terasa pula dalam nyandra.
Sumber:(http://id.wikipedia.org/wiki/Karawitan)

Senin, 26 Januari 2015

Rebab

Sejarah Alat Musik Tradisional Rebab

Alat Musik Tradisonal rebab adalah jenis Alat Musik yang di gesek dan mempunyai tiga atau dua utas tali dari dawai logam (tembaga) ini badannya menggunakan kayu nangka dan berongga di bagian dalam ditutup dengan kulit lembu yang dikeringkan sebagai pengeras suara.


Alat ini juga digunakan sebagai pengiring gamelan, sebagai pelengkap untuk mengiringi sinden bernyanyi bersama-sama dengan kecapi. Dalam gamelan Jawa, fungsi rebab tidak hanya sebagai pelengkap untuk mengiringi nyanyian sindhen tetapi lebih berfungsi untuk menuntun arah lagu sindhen. sama juga yang di pake  Tradisi musik sunda .

Sebagai salah satu dari Instrumen Musik pemuka, rebab diakui sebagai pemimpin lagu dalam ansambel, terutama dalam gaya tabuhan lirih. Pada kebanyakan gendhing-gendhing, rebab memainkan lagu pembuka gendhing, menentukan gendhing, laras, dan pathet yang akan dimainkan. Wilayah nada rebab mencakup luas wilayah gendhing apa saja. Maka alur lagu rebab memberi petunjuk yang jelas jalan alur lagu gendhing. Pada kebanyakan gendhing, rebab juga memberi tuntunan musikal kepada ansambel untuk beralih dari seksi yang satu ke yang lain.

Sumber: (http://bukabukumusik.blogspot.com)

Kendang


Definisi dan Fungsi Kendang

kendang
Kendang adalah salah satu waditra karawitan yang berbentuk tabung terbuat dari kayu dengan tutup tabung dari kulit binatang. Dalam pertunjukan kesenian sunda, seperti pertunjukan wayang golek, kliningan, pencak silat, ketuk tilu, degung, celempungan, calung, sisingaan, jaipongan, serta bajidoran, kendang berperan penting dalam pengaturan irama lagu. Hal ini disebabkan karena kendang merupakan unsur yang sangat dominan dalam mengatur jalannya pertunjukan. Disamping itu, kendang sunda pada umumnya lebih atraktif dan komunikatif. Pernyataan ini sesuai dengan ungkapan Yudoyono (1998:84) bahwa, ”Dari seperangkat alat gamelan jawa, yang paling menjadi pusat perhatian ataupun pendengar gending-gending adalah alat yang disebut kendang”.

Waditra kendang terutama yang ada di sunda, umumnya terbuat dari kayu keras. Seperti yang diungkapkan Soepandi (1980:10), bahwa:

   Kayu untuk membuat kendang, telah dibakukan yaitu kayu keras yang mempunyai urat berbelit-belit, maksudnya supaya tidak mudah pecah. Kayu tersebut diantaranya nangka, kelapa, mahoni, dan kayu rambutan. Dari beberapa jenis kayu diatas, yang paling baik untuk membuat kendang adalah kayu Nangka. Kayu ini akan menghasilkan bunyi yang bagus, karena kualitas kulit nangka lebih baik ketahanannya maupun bunyi yang dihasilkannya.

Sumber: (https://galeriwaditra.wordpress.com)

Suling Bambu

Suling

Sulingan terdapat hamper disetiap daerah di Tatar Sunda, yang terdiri dari beberapa macam Suling diantaranya yaitu Suling Panjang, terbuat dari Awi Tamiang dan berlubang 6 buah untuk mengatur nada. Pada ujung yang berpongpok (tutup) dipasang Suwer (sumber) untuk    meniup Suling tersebut. –
-    Suling Panjang dipergunakan sebagai pelengkap pertunjukkan Kecapi Suling, Tembang Sunda dan Kawih Sunda. Suling in termasuk suling yang sangat pleksibel, karena dalam satu buah alat Suling yang berlubang 6 bisa memainkan beberapa laras atau Surupan. Di antaranya bisa memainkan Laras Salendro, Pelog, Surupan Sorog dan sebagainya
-    Suling Pendek atau Suling Degung terbuat dari Awi Tamiang dan berlubang 4 buah. Satu Iubangnya lebih besar dari ketiga lubang yang lainnya. Karena intervalnya nada Iebih jauh. Pada    ujung    yang berpongpok dipasang Suwer untuk meniup Suling tersebut. Suling ini dipergunakan    sebagai pelengkap pertunjukkan Degung dimana Suling ini sangat    berperan sekali dalam menyajikan gendingan lagu-lagu Degung Ageung.
    -    Suling Salendro, terbuat dari Awi Tamiang dan berlubang 5 buah sebagai pengatur nada.    Suling    ini dipergunakan sebagai pelengkap pada pertunjukkan    Tembang Sunda, Kecapi Suling dan Kawih Sunda yang menyajikan lagu-lagu yang berlaras Salendro.
 
Sumber :( http://www.disparbud.jabarprov.go.id)

Kamis, 22 Januari 2015

Kacapi

Kacapi
Kacapi merupakan alat petik asli Indonesia yang serumpun dengan alat petik serupa yang terdapat di Asia tenggara dan Asia Timur (Thai, Birma, Vietnam, Cina, Korea dan Jepang
Di Indonesia kacapi terdapat pada suku batak, sunda, Jawa, dayak, bugis, toraja, timor dan daerah-daerah lainnya, bentuk dan nama alatnya sendiri berbeda-beda, misalnya ada yang  menyebut kasapi, kacaping, kutiapi, kacapi, dsbnya.



Kacapi sunda, bentuk dn teknik memetiknya lebih berkembang dan sudah maju bila dibandingkan dengan alat-alat petik lainnya yang terdapat pada suku-suku lain di Indonesia, bahkan sekarang dengan adanya kemajuan teknologi, maka dibikinlah kacapi elektronik (kacapi yang diperkeras bunyinya dengan menggunakan arus listrik)

        1. Bentuk Kacapi Sunda
Berdasarkan pada bentuknya, kacapi sunda mempunyai dua macam bentuk, yaitu
a)    Kacapi parahu atau kacapi lesung atau ada pula yang menyebut kacapi gelung, terdiri dari kacapi indung (bentuknya besar) dan kacapi rincik (bentuknya kecil)
b)   Kacapi siter yang disebut juga kacapi peti atau kotak, lebih praktis untuk dibawa seperti halnya apabila membawa instrument gitar yang digunakan dalam musik.
Dari kedua bentuk kacapi di atas, pada pergelarannya mempunyai kekhususan, yaitu kacapi parahu digunakan pada pergelaran tembang Cianjuran, sedangkan kacapi siter untuk mengiringi Kawih bentuk anggana sekar, rampak sekar dan sekar-sekar lainnya

        2. Fungsi dan kedudukannya
Fungsi permainan kacapi dalam seni karawitan, baik gendingan maupun mengiringi sekar dan sebagai kelengkapan seni pantun dalam membawakan kisah-kisah raja zaman pajajaran, berfungsi dalam memainkan lagu luas sekali, baik sebagai pembawa irama, melodi, rangka lagu, lilitan dan akhiran lagu, tercakup dalam teknik permainanya. Oleh karena itu, kacapi merupakan alat yang istimewa, dapat digunakan untuk sekar, gending dan sekar gending, mudah dirubah larasnya sesuai dengan lagu yang akan dimainkan juga praktis untuk dibawa.
Kedudukan waditra kacapi adalah rangkap sebab dapat dimainkan secara mandiri tanpa bantuan waditra lain dan bisa pula berperangkat dengan waditra lain baik sebagai instrument pokok maupun instrument tambahan, misalnya pada kacapi-suling, kiliningan, degung, angklung, calung dan lain-lain.

    3. Motif Tabuhan
Seperti telah diuraikan di atas bahwa fungsi kacapi dalam memainkan lagu sangat luas. Maka pada perkembangan motif tabuh kacapi ada beberapa macam yaitu:
a)    Diranggem dan dikemprang untuk: mengirngi lagu sehingga kacapi berfungsi sebagai “panganti” (menanti jatuhnya suara yang akan jatuh, baik pada kenongan maupun goongan).
b)   Disintreuk untuk membuat melodi pendek atau melodi panjang baik sebagai intro maupun sisipan/gelenyu, maupun mengiringi sekar irama merdeka.
c)    Gabungan dari kedua motif tabuh di atas, digunakan untuk mengiringi sekar dan atau membuat melodi.

Di dalam pergelarannya, motif tabuh kacapi berbeda-beda tergantung kepada materi yang dipergelarkan, misalnya motif tabuh kacapi pada tembang Sunda/Cianjuran akan berbeda dengan motif tabuh pada Celempungan juga dengan jenaka sunda.
Untuk lebih jelasnya, baiklah kita tinjau satu persatu.


(1). Kacapi pada Tembang Cianjuran
q   Kebanyakan laras yang digunakan dalam Tembang Sunda/Cianjuran adalah laras pelog/degung, disamping laras nyorog/madenda, mandalungan dan laras salendro
q   Kacapi digunakan untuk:
q   Memberi patetan untuk sekar/vocal
q   Mengejar, melilit dan menunggu “rubuh-rubuh sora” dari melodi sekar;
q   Gelenyu-gelenyu (melodi awal dan melodi sisipan)
q   Mengiringi lagu panambih/extra
Contoh penulisan notasi kacapi Tembang

Sumber : (http://pakuwon.tripod.com)